Dapodik 2018 JUKNIS PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI MELALUI DIPA DIREKTORAT PEMBINAAN PTK PENDIDIKAN DASAR BAGI GURU NON PNS

Tema Tulisan tentang : Dapodik 2018 JUKNIS PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI MELALUI DIPA DIREKTORAT PEMBINAAN PTK PENDIDIKAN DASAR BAGI GURU NON PNS

lihat juga


Dapodik 2018 JUKNIS PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI MELALUI DIPA DIREKTORAT PEMBINAAN PTK PENDIDIKAN DASAR BAGI GURU NON PNS

Berdasarkan Juknis atau Petunjuk Teknis Penyaluran Tunjangan Profesi Melalui DIPA Direktorat Pembinaan PTK Pendidikan Dasar bagi guru Non PNS, kriteria  penerima  tunjangan  profesi  melalui  DIPA Direktorat  Pembinaan  PTK  Pendidikan Dasar tahun 2015:
1.  Guru Tetap Bukan  PNS  yang  diangkat  oleh  Kepala  Daerah  yang  dibuktikan  dengan  SK Pengangkatan  oleh  Bupati/Walikota/Gubernur  atau  pejabat  yang  diberi  kewenangan oleh  Bupati/Walikota/Gubernur  yang  masih  berlaku  dan  pembiayaannya  dibebankan pada  APBD  atau  Guru  Tetap  Yayasan  yang  dibuktikan  dengan  SK  Pengangkatan  oleh Ketua  Yayasan,  dan  mengajar  pada satuan  pendidikan  di  bawah  binaan  Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kecuali guru pendidikan agama;

2.  Guru PNS Jenjang Pendidikan Dasar di bawah binaan provinsi;
3.  Pengawas Satuan Pendidikan dan Pengawas Matapelajaran jenjang pendidikan dasar
4.  Memiliki satu atau lebih akta pendidik yang telah diberi satu Nomor Registrasi Guru (NRG)  yang  diterbitkan  oleh  Kementerian  Pendidikan  dan  Kebudayaan.  Setiap  guru hanya memiliki satu (1) NRG walaupun guru yang bersangkutan memiliki satu atau lebih akta pendidik;
5.  Memiliki Surat Keputusan Tunjangan Profesi (SKTP) yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
6.  Sebelum  berlakunya  Pasal  17  mengenai  rasio  guru  siswa  pada  Peraturan  Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 perihal Guru yaitu pada awal tahun 2016, bagi satuan pendidikan yang  hanya  memiliki  satu  rombongan  belajar  pada  tingkat  kelas  tertentu  maka  jumlah rasio  guru  siswa  dapat  kurang  dari  20  untuk  SD/SMP/SMA  dan  kurang  dari  15  untuk TK/SMK.
7.  Beban  kerja  guru  ditentukan  berdasarkan  kurikulum  yang  berlaku  di  rombongan belajarnya. (Daftar sekolah pelaksana Kurikulum 2013 dan Kurikulum Tahun 2006 ialah yang terdaftar pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan).
8.  Beban kerja guru ialah sekurang-kurangnya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan sebanyak-banyaknya  40  (empat  puluh)  jam  tatap  muka  dalam  1  (satu)  minggu,  sesuai dengan akta pendidik yang dimilikinya.
9.  Ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 8 dikecualikan apabila guru:
a.  Mengajar pada rombongan berguru di SMP/SMA/SMK yang melaksanakan Kurikulum 2013  pada  semester  pertama  menjadi  Kurikulum  Tahun  2006  pada  semester  kedua tahun  pelajaran  2014/2015.  Dalam  hal  terdapat  guru  mata  pelajaran  tertentu  di SMP/SMA/SMK  tersebut  tidak  dapat  memenuhi beban  mengajar  minimal  24  (dua puluh  empat)  jam  tatap  muka per  minggu,  pemenuhan  beban  mengajar  dilakukan melalui  ekuivalensi  kegiatan  pembelajaran/pembimbingan  sebagaimana  diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2015 perihal Ekuivalensi  Kegiatan  Pembelajaran/Pembimbingan  Bagi  Guru  yang  Bertugas  pada SMP/SMA/SMK yang Melaksanakan Kurikulum 2013 pada Semester Pertama Menjadi Kurikulum Tahun 2006 pada Semester Kedua Tahun Pelajaran 2014/2015
b.  Mendapat  tugas  tambahan  sebagai  kepala  satuan  pendidikan,  mengajar  paling sedikit 6 (enam) jam tatap muka per ahad yang sesuai dengan akta pendidik yang  dimilikinya  atau  membimbing  40  (empat  puluh)  peserta  didik  bagi  kepala satuan pendidikan yang berasal dari guru bimbingan dan konseling/konselor.
c.  Mendapat peran embel-embel sebagai wakil kepala satuan pendidikan, mengajar paling sedikit  12  (dua  belas)  jam  tatap  muka  per  minggu  atau  membimbing  80  (delapan puluh)  peserta  didik  bagi  wakil  kepala  satuan  pendidikan  yang  berasal  dari  guru bimbingan  dan  konseling/konselor,  untuk  jumlah  wakil  kepala  satuan  pendidikan jenjang pendidikan SMP ialah sebagai berikut.
i.  1-9 rombel = 1 (satu) orang wakil kepala satuan pendidikan.
ii.  10-18 rombel = 2 (dua) orang wakil kepala satuan pendidikan.
iii.  ≥18 rombel = 3 (tiga) orang wakil kepala satuan pendidikan.
d.  Mendapat  tugas  tambahan  sebagai  kepala  perpustakaan  pada  jenjang SD/SMP/SMA/SMK,  kepala  laboratorium  pada  jenjang  SMP/SMA/SMK,  ketua program  keahlian/program  studi,  kepala  bengkel,  kepala  unit  produksi  dan sejenisnya,  mengajar  paling  sedikit  12  (dua  belas)  jam  tatap  muka  per  minggu. Pengangkatan  tugas  tambahan  pada  abjad d ini  oleh  kepala  sekolah  dan  diketahui oleh  kepala  dinas  pendidikan  Provinsi/kabupaten/kota  dengan  mengacu  pada persyaratan  yang  telah  ditentukan  dalam  Permendiknas  nomor  25  tahun  2008 perihal standar tenaga perpustakaan sekolah/madrasah. “Setiap  sekolah/madrasah untuk  semua  jenis  dan  jenjang  yang  mempunyai  jumlah  tenaga  perpustakaan sekolah/madrasah  lebih  dari  satu  orang,  mempunyai  lebih  dari  enam  rombongan belajar  (rombel),  serta  memiliki  koleksi  minimal  1000  (seribu)  judul  materi perpustakaan dapat mengangkat kepala perpustakaan sekolah/madrasah”.
e.  Bertugas  sebagai  guru  Bimbingan  Konseling  mengampu  paling  sedikit  150  (seratus lima  puluh)  peserta  didik  pada  satu  atau  lebih  satuan  pendidikan,  dengan mengampu paling sedikit 40 orang peserta didik di satminkalnya.
f.  Bertugas  sebagai  guru  pembimbing  khusus  pada  satuan  pendidikan  yang menyelenggarakan  pendidikan  inklusi  atau  pendidikan  terpadu  paling  sedikit  6 (enam)  jam  tatap  muka  per  minggu;  guru  pembimbing  khusus  dapat  berasal  dari SLB  atau  guru  PNS  yang  ada  di  sekolah  inklusi  yang  sudah  dilatih  menjadi  guru pembimbing khusus.
g.  Bertugas  sebagai  guru  pada  satuan  pendidikan  di  daerah  khusus  yang daerahnya/desanya  ditetapkan  dalam  Peraturan  Menteri  Pendidikan  dan Kebudayaan.  Penetapan  daerah  khusus  ini  menggunakan  data  dari  Kementerian Pembangunan Desa Tertinggal dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
h.  Bertugas pada satuan pendidikan khusus, dimana peserta didiknya memiliki tingkat kesulitan  dalam  mengikuti  proses  pembelajaran  karena  kelainan  fisik,  emosional mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
i.  Bertugas  pada  sekolah  kecil  (unit  sekolah  baru  yang  memenuhi  persyaratan pendirian sekolah gres dengan jangka waktu yang dipersyaratkan), sekolah terbuka dan sekolah terintegrasi (sesuai dengan persyaratan pendirian sekolah terbuka dan sekolah terintegrasi) serta sekolah darurat yang tidak berada di kawasan khusus, dan ditetapkan  oleh  Kementerian  Pendidikan  dan  Kebudayaan,  maka  agar  tetap tunjangan  profesinya  dibayarkan,  guru  tersebut  harus  melakukan  acara ekuivalensi  sebagaimana  terdapat  dalam  lampiran.  Bukti  dokumen  atau pemberkasan  sebagaimana  dimaksud  di  atas  diverifikasi  oleh  Pemerintah/Dinas Pendidikan Provinsi/Kab/Kota.
j.  Bertugas atas  dasar  pertimbangan  kepentingan  nasional,  yaitu  guru  yang  bertugas di sekolah Indonesia di luar negeri dan guru yang ditugaskan menjadi guru di Negara lain atas dasar kerjasama antar negara.
k.  Bagi  guru  produktif  yang  berkeahlian  khusus/berkeahlian  langka/memilikketerampilan atau budaya khas daerah, untuk mengajarkan praktik dapat dilakukan oleh guru lebih dari 1 (satu) orang dengan keahlian yang dibutuhkan.  
10. Belum pensiun.
11.  Tidak beralih status dari guru atau pengawas sekolah.
12. Tidak  terikat  sebagai  tenaga  tetap  pada  instansi  selain  satuan  pendidikan  tempat bertugas di bawah binaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
13. Tidak merangkap sebagai eksekutif, yudikatif, atau legislatif.
14. Khusus  bagi  guru  PNS  di  bawah  binaan  pemerintah  provinsi,  dalam  pelaksanaan peraturan  bersama  Menteri  Pendidikan  Nasional,  Menteri  Negara  Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokasi, Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan dan Menteri  Agama  Nomor:  05/X/PB/2011,  SPB/03/M.PAN-RB/10/2011,  48  Tahun  2011 158/PMK.01/2011, 11 Tahun 2011 perihal Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil,  guru  yang  sudah  memiliki  sertifikat  pendidik  tetapi  dialihtugaskan  antarsatuan pendidikan,  antarjenjang  dan/atau  antarmata  pelajaran  masih  mendapatkan  pertolongan profesinya  maksimal  2  (dua)  tahun  sejak  dipindahtugaskan  apabila  yang  bersangkutan memenuhi persyaratan angka 1 hingga dengan 7 di atas, sebagaimana diatur dalam BAB IV Ketentuan Peralihan, Pasal 5, Permendikbud Nomor 62 Tahun 2013 perihal Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Dalam Rangka Penataan dan Pemerataan Guru, yang dibuktikan:
a.  Keputusan  Gubernur/Bupati/Walikota  tentang  alihtugas  antarsatuan  pendidikan antarjenjang  dan/atau  antarmata  pelajaran  dalam  rangka  Penataan  dan Pemerataan  Guru  PNS  berdasarkan  perencanaan  kebutuhan  guru  seluruh Provinsi/kabupaten/kota; dan
b.  Surat  keterangan  pembagian  tugas  mengajar  yang  diterbitkan  oleh  satuan pendidikan  tempat  mengajar  yang  baru  dan  disahkan  oleh  dinas  pendidikan setempat
15. Dinas  pendidikan  Provinsi/kabupaten/kota  mengirimkan  SK  alihtugas  dan  surat keterangan  pembagian  tugas  mengajar  sebagaimana  dimaksud  pada  angka  14 kepada Direktorat  Pembinaan  PTK Dasar.  Tunjangan  profesi  bagi  guru  yang  dipindahtugaskan antarkabupaten/kota  pada  tahun  berjalan  tetap  menjadi  tanggungan  Kabupaten/kota sesuai  terbitnya  SK.  Pada  tahun  berikutnya  menjadi  tanggungan  kabupaten/kota  yang baru.
16. Selama proses sertifikasi guru tahun 2007 sampai  dengan tahun 2011 terjadi perubahan nomor  kode  dan  nama  bidang  studi  sertifikasi  guru  pada  tahun  2009  dengan mempertimbangkan  Peraturan  Menteri  Pendidikan  Nasional  Nomor  22  Tahun  2006 tentang  Standar  Isi,  dan  Keputusan  Direktorat  Jenderal  Manajemen  Pendidikan  Dasar dan  Menengah  No.251/C/KEP/MN/2008  tentang  Spektrum  Keahlian  Pendidikan Menengah  Kejuruan  yang  mulai  diimplementasikan  pada  tahun  2009,  maka  untuk kelengkapan  persyaratan  pencairan  perlu  adanya  penyesuaian  (konversi)  nomor  arahan dan  nama  bidang  studi  sertifikasi  guru  dalam  daftar  Penyesuaian  (Konversi)  Bidang Studi  Sertifikasi  sebelum  dan  setelah  tahun  2009  yang  sudah  ditetapkan  oleh  Badan Pengembangan  SDM  Pendidikan  dan  Kebudayaan  dan  Penjaminan  Mutu  Pendidikan, Kemdikbud.
17. Bagi  guru  yang  sudah  memiliki  serifikat  pendidik  tetapi  status  kepegawaiannya  masih calon  pegawai  negeri  sipil  (CPNS),  maka  tunjangan  profesinya  tidak  dibayarkan  hingga guru yang bersangkutan menjadi PNS dan memenuhi persyaratan lainnya.
18. Ketentuan bagi pengawas ialah sebagai berikut.
a.  Pengawas TK melaksanakan peran pengawasan akademik dan manajerial untuk TK, Pengawas  SD  melaksanakan  peran pengawasan  akademik  dan  manajerial  untuk  SD dan mapel olahraga dan agama, Pengawas mapel melaksanakan peran pengawasan akademik  dan  manajerial  untuk  SMP/SMA/SMK.  Bagi  pengawas  mata  pelajaran, dalam  melaksanakan  tugas  kepengawasannya,  wajib  memiliki  sertifikat  pendidik kepengawasan sesuai peruntukannya.
1)    Pengawas  TK/RA  melaksanakan  tugas  pengawasan  paling  sedikit  10  satuan pendidikan tingkat TK/RA.
2)   Pengawas  SD/MI  melaksanakan  tugas  pengawasan  paling  sedikit  10  satuan pendidikan  tingkat  SD/MI,  termasuk  tugas  pengawasan  terhadap  guru  agama dan penjasorkes di satuan pendidikan yang menjadi binaannya.
3)   Pengawas  mata  pelajaran  di  SMP/MTs  dapat  memenuhi  beban  kerja  peran pengawasan  di  SMA/MA  dan/atau  SMK/MAK  pada  mata  pelajaran  yang  sama dan sebaliknya.
4)   Pengawas SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK melaksanakan peran pengawasan paling  sedikit  7  (tujuh)  satuan  pendidikan  dan/atau  paling  sedikit  40  (empat puluh)  guru;  dalam  hal  tidak  mencukupi  satuan  pendidikan,  maka  pengawas satuan  pendidikan  yang  belum  memenuhi  jumlah  satuan  pendidikan  yang menjadi  binaannya,  dapat  memenuhi  kekurangan  tersebut  dengan  melaksanakan pembinaan  guru  sesuai  dengan  latar  belakang  bidang  pendidikan/  akta pendidik  yang  dimilikinya.  Adapun  ekuivalensi  satuan  pendidikan  terhadap jumlah guru ialah 1:6.
5)   Pengawas Sekolah Luar Biasa melaksanakan peran pengawasan paling sedikit 5 (lima)  satuan  pendidikan  dan/atau  40  (empat  puluh)  guru  termasuk  guru pembimbing  khusus,  baik  yang  ada  di  SLB  maupun  sekolah  inklusi.  Adapun ekuivalensi satuan pendidikan terhadap jumlah guru ialah 1:6.
6)   Pengawas  Bimbingan  dan  Konseling  melaksanakan  tugas  pengawasan  paling sedikit 40 (empat puluh) guru Bimbingan dan Konseling.
7)   Pengawas  Sekolah  yang  bertugas  di  daerah  khusus  melaksanakan  peran pengawasan  paling  sedikit  5  (lima)  satuan  pendidikan  lintas  jenis  dan  jenjang satuan  pendidikan  dan/atau  15  (lima  belas)  guru.  Adapun  ekuivalensi  satuan pendidikan terhadap jumlah guru ialah 1:3.
8)   Pengawas  satuan pendidikan TK/RA atau  SD/MI di  suatu kecamatan/kabupaten yang  terdapat  desa  tertinggalnya  sehingga  jumlah  satuan  pendidikan  yang dibina  paling  sedikit  5  (lima)  satuan  pendidikan  dan  tidak  terdapat  pengawas lain, maka pengawas tersebut tetap mendapat pertolongan profesi.
9)   Pengawas  Sekolah  wajib  melakukan  verifikasi  terhadap  hasil  penilaian  kinerja guru dari guru yang menjadi binaannya.
b.  Guru  yang  menjadi  binaan  pengawas  sekolah  adalah  guru  yang  memiliki  jam mengajar  di  satuan  pendidikan  (masih  aktif  mengajar  sesuai  dengan  peraturan perundangundangan).
19. Bagi  Satuan  Pendidikan  yang  menggunakan  Kurikulum  Tahun  2006  dapat  menambah beban  belajar  per  minggu  sesuai  dengan  kebutuhan  belajar  peserta  didik  dan/atau kebutuhan  akademik,  sosial,  budaya,  dan  faktor  lain  yang  dianggap  penting  di  dalam struktur  program,  namun  yang  diperhitungkan  Pemerintah  maksimal  4  (empat) jam/minggu.
20. Beban  kerja  bagi  guru  pada  satuan  pendidikan  yang  menggunakan  Kurikulum  2013 diatur sebagai berikut.
a.  Guru  kelas/guru  matapelajaran  yang  melaksanakan  tugas  tambahan  sebagai pembina pramuka (minimal telah bersertifikat kursus mahir dasar) dihitung sebagai episode dari pemenuhan beban kerja guru paling banyak 2 jam pelajaran per minggu. Jumlah  guru  yang  diberi  tugas  tambahan  sebagai  pembina  pramuka  di  acara ekstrakurikuler wajib di satu satuan pendidikan ialah sebagai berikut.
  Jumlah rombel 1 – 6 = 1 pembina pramuka;
  Jumlah rombel 7 – 12 = 2 pembina pramuka;
  Jumlah rombel 13 – 18 = 3 pembina pramuka;
  Jumlah rombel > 18 = 4 pembina pramuka.
b.  Berdasarkan  Lampiran  I  Surat  Edaran  Kepala  BPSDMPK  dan  PMP  No. 29277/J/LL/2014  Tanggal  25  November  2014  mengenai  Jenis  dan  Sertifikat  Pendidik Guru Pengampu Mata Pelajaran Kurikulum 2013: 
  Guru  SMP  yang  bersertifikat  keterampilan  dan  IPA  dapat  mengampu matapelajaran prakarya di SMP.
  Guru Fisika, Kimia, Biologi, dan Ekonomi dapat mengajar matapelajaran prakarya dan kewirausahaan di SMA dengan syarat sudah mengikuti pelatihan penajaman aspek prakarya dan kewirausahaan pada instansi yang ditunjuk oleh Pemerintah.
  Guru yang mengajar rumpun mata pelajaran IPA dan IPS jenjang SMP, SMA, dan SMK  beban  kerjanya  dihitung  berdasarkan  kurikulum  yang  berlaku  pada rombongan berguru yang dibinanya
c.  Satuan  Pendidikan  yang  melaksanakan  kurikulum  2013  dan  menetapkan  muatan lokal  sebagai  mata  pelajaran  yang  berdiri  sendiri,  dapat  menambah  beban  berguru muatan  lokal  paling  banyak  2  (dua)  jam  per  minggu.  Kebutuhan  sumber  daya pendidikan yang meliputi pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, dan dana termasuk Tunjangan Profesi sebagai implikasi penambahan beban berguru muatan lokal ditanggung oleh pemerintah kawasan yang menetapkan.
d.  Bertugas  sebagai  guru  TIK/KKPI  memberikan  layanan  kepada  paling  sedikit  150 (seratus  lima  puluh)  peserta  didik  pada  satu  atau  lebih  satuan  pendidikan,  bagi satuan  pendidikan  yang  menggunakan  kurikulum  2013.  Jumlah  peserta  didik  yang dilayani pada satminkal paling sedikit 40 peserta didik.
e.  Bagi  Guru  TIK/KKPI  yang  mendapatkan  tugas  tambahan  sebagai  kepala  sekolah yang melaksanakan Kurikulum 2013 untuk memenuhi 24 jam tatap muka per ahad harus membimbing paling sedikit 40 (empat puluh) peserta didik.
f.  Bagi  Guru  TIK/KKPI  yang  mendapatkan  tugas  tambahan  sebagai  Wakil  Kepala Sekolah/Kepala  Laboratorium/Kepala  Perpustakaan  yang  melaksanakan  Kurikulum 2013  untuk  memenuhi  24  jam  tatap  muka  per  minggu  harus  membimbing  paling sedikit 80 (delapan puluh) peserta didik.
g.  Bagi  Satuan  pendidikan  jenjang  Sekolah  Dasar  yang  menggunakan  Kurikulum  2013 dapat  menambah  beban  belajar  per  minggu  sesuai  dengan  kebutuhan  berguru peserta  didik  dan/atau  kebutuhan  akademik,  sosial,  budaya,  dan  faktor  lain  yang dianggap  penting  di  dalam  struktur  program,  namun  yang  diperhitungkan Pemerintah  maksimal  2  (dua)  jam/minggu  hanya  terbatas  bagi  Mata  pelajaran Agama dan Penjasorkes.
h.  Bagi Satuan pendidikan jenjang SMP, SMA/SMK yang menggunakan Kurikulum 2013 dapat  menambah  beban  belajar  per  minggu  sesuai  dengan  kebutuhan  berguru peserta  didik  dan/atau  kebutuhan  akademik,  sosial,  budaya,  dan  faktor  lain  yang dianggap  penting  di  dalam  struktur  program,  namun  yang  diperhitungkan Pemerintah maksimal 2 (dua) jam/minggu.
21. Guru  memiliki  hasil  penilaian  kinerja  guru. Dalam  masa  transisi,  sampai  dengan  simpulan tahun  2015,  tunjangan  profesi  diberikan  bagi  guru tanpa memperhitungkan  nilai  dari hasil penilaian kinerja guru dan instrumen sesuai dengan Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010  tentang  Petunjuk  Teknis  Pelaksanaan  Jabatan  Fungsional  Guru  dan  Angka Kreditnya. Bagi guru yang telah melaksanakan penilaian kinerja guru sumatif tahun 2014, hasil  penilaian  kinerja  gurunya  dilaporkan  kepada  kepala  dinas  pendidikan provinsi/kabupaten/kota  sesuai  dengan  kewenangannya  pada  awal  tahun  2015.  Bagi guru  yang  belum  pernah  melaksanakan  penilaian  kinerja  guru,  wajib  melaksanakannya pada  awal tahun  2015  (penilaian  formatif)  sebagaimana diatur  dalam Permendiknas Nomor  35  Tahun  2010  dan  Buku  Pedoman  Penilaian  Kinerja  Guru  dari  Departemen Pendidikan Nasional. Hasil penilaian kinerja guru sumatif tahun 2014 atau penilaian kinerja guru formatif tahun 2015  inilah  yang  menjadi  bukti  pelaksanaan  penilaian  kinerja  guru  untuk  pembayaran tunjangan  profesi  tahun  2015. Hasil  Penilaian  kinerja  guru  yang  diakui  adalah  hasil penilaian yang sesuai dengan akta pendidik yang dimilikinya Untuk  tahun-tahun berikutnya, guru wajib meningkatkan hasil  penilaian kinerja sumatif tahun 2015 sebab mulai tahun 2016 pertolongan profesi akan diberikan bagi guru dengan hasil  penilaian  kinerja  guru  minimal  baik.  Mekanisme  verifikasi  hasil  penilaian  kinerja guru ialah pengawas  memverifikasi  hasil  penilaian  kinerja  guru  terhadap  guru  yang menjadi binaannya, mengentrikan balasannya melalui aplikasi SIMPAK, dan melaporkannya kepada dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.


Terima kasih, semoga bermanfaat.

============================================================







loading...

Demikianlah Artikel Dapodik 2018 JUKNIS PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI MELALUI DIPA DIREKTORAT PEMBINAAN PTK PENDIDIKAN DASAR BAGI GURU NON PNS

Demikian artikel kamiDapodik 2018 JUKNIS PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI MELALUI DIPA DIREKTORAT PEMBINAAN PTK PENDIDIKAN DASAR BAGI GURU NON PNS, Semoga apa yang anda baca bisa berguna dan di manfaatkan untuk semua kalangan dimanapun.

Anda sedang membaca artikel Dapodik 2018 JUKNIS PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI MELALUI DIPA DIREKTORAT PEMBINAAN PTK PENDIDIKAN DASAR BAGI GURU NON PNS Url dari artikel kami adalah https://gratisbuatmumau.blogspot.com/2017/02/dapodik-2018-juknis-penyaluran.html Semoga artikel ini bisa bermanfaat.
loading...